Rumah Sakit Immanuel Bandung
Bukan
Hanya Center of Nutrition
Kasus malnutrisi di rumah sakit
ini dapat ditekan drastis. Selain SDM yang
berkompeten, tersedia peralatan canggih untuk assessment nutrisi.
Beberapa center lain menjadi unggulan
Ada apa di Jalan
Kopo, Bandung? Tanpa tagu, orang Bandung akan
menjawab: Rumah Sakit Immaniel (RSI). Tidak heran, karena rumah sakit di
Jalan Kopo No.161 ini genap berusia 100 tahun (satu abad), tahun lalu. Tahun
2011, RS yang terletak di tengah kota ini berarti mulai menapaki abad kedua.
Perjalanan panjang ini kian mengukuhkan kehadiran RS Emmanuel, sebagai tempat
di mana masyarakat dari berbagai golongan dan kalangan dapat memperoleh
pelayanan kesehatan.
Usianya yang
sudah lewat satu abad, tidak membuat RS ini tampak renta. Apalagi dengan
dibangunnya gedung 8 lantai yang diberi nama “Alkema Memorial Building” untuk
mengenang sang pendiri. RS terus berkembang sesuai tuntutan zaman. Telah
diperoleh akreditasi untuk 16 bidang pelayanan (dua kali); ISO 9001:2000 dua
kali, dan 9001:2008 (satu kali), yang mencantumkan keamanan dan jaminan mutu
internasional.
“Ini sesuai
komitmen dalam melaksanakan misi, visi berlandaskan kasih, dengan senantiayasa
mengupayakan pelayanan prima melalui peningkatan mutu sesuia harapan customer;
dalam hal ini pasien dan keluarganya,” ujar dr. Ruly Sjambali, FCN, SpGK,
M.Kes, CEO RS Immanuel, Bandung, kepada Julianto dan Surasono di ruang
kerjanya.
RSI berdiri di
atas areal seluas 5,2 Ha, dengan luas bangunan sekitar 34,685 m2 lebih.
Beberapa banggunan utama letaknya saling berkubungan. Ada gedung Pusat Medic,
Pusat Diagnostic, Lion club dan ruang rawat inap serta – seperti telah disebut
di atas - Alkema Memorial Building. RSI memiliki kapasitas tempat tidur 345,
dan kelas 3-nya hampir mendekari 40%. BOR antara 65-85%, tergantung musim atau
bulan-bulan tertentu.
Bila pada hari
libur Kota Bandung dan tempat-tempat wisata ramai dikunjungi, “Setelah hari
libur, rumah sakit kami yang ramai dikunjungi,” ujar dr. Ruly sambil tersenyum.
Apakah di antara keduanya ada hubungan tidak diketahui, karena belum pernah
diteliti. Yang pasti, sejak awal RSI memiliki misi, “Memberikan pelayanan
kesehatan paripurna yang bermutu sesui harapan pelanggan. Menjadi wahana
pendidikan, penelitian di bidang kesehatan untuk menghasilkan tenaga kesehatan
yang professional dan beretika, serta melandasi pelayanan sebagai wujud cinta
kasih terhadap sesama.” RSI adalah RS tipe B Pendidikan, terutama bagi
mahasiswa kedokteran Universitas Maranatha Bandung.
Dekat di Hati
Gedung baru 8
lantai (Alkema Memorial Building) merupakan bangunan modern yang dilengkapi peralatan canggih,
termasuk fasilitas UT. Di gedung tersedia kelas Super VIP yang lengkap dan
nyaman seperti hotel bintang lima. Dotmatric ditempatkan di ruang jaga perawat
dan dokter. Bila pasien memencet bel, alat ini secara otomatis akan menunjuk,
kamar mana yang memerlukan bantuan. Perawat mau pun dokter bisa datang
seketika, untuk memberi bantuan.
Pelayanan
senantiasa diberikan dengan ramah. Ini sesuai dengan motto RSI, yakni “Heman
Gaten Kapapancen”. Heman” berarti penuh kasih sayang, gaten (penuh
perhatian & telaten), sedangkan ka papancen berarti kepada tugas dan
kewajiban. Motto yang ditulis dalam
bahasa Sunda ini, menandakan bahwa pihak RSI ingin dekat di hati masyarakat
Sunda.
Siapa pun, asal
memenuhi syarat, bisa mendirikan rumah sakit. Tapi bagaimana me-manage institusi pelayanan kesehatan
yang dipercayaa oleh masyarakat dalam waktu yang panjang, sungguh bukan hal
yang mudah. Sejauh ini, RSI terus membangun dan mengembangkan centers.
Menurut dr. Ruly, dalam menentukan sebuah center atau produk pelayanan, ada
beberapa tahapan yang harus diperhatikan.
Di antaranya,
melihat kemampuan rumah sakit seperti sumber daya manusia (SDM). Dalam hal ini
dokter dan perawatnya. Selanjutnya, sarana dan prasarana yang dimiliki rumah
sakit, apakah sudah mendukung ke arah pengembangan produk layanan dimaksud.
Terakhir adalah melakukan survey, apakah produk layanan yang akan dikembangkan
ada pangsa pasarnya atau tidak. “Buat apa membuat produk layanan baru, jika
pangsa pasarnya tidak ada,” ujarnya. Beberapa center unggulan RSI, diantaranya:
Center Bedah
Bedah dipilih
karena statsitik dan tren dalam 2 tahun terakhir, mengalami peningkatan yang
signifikan. Menurut dr. Ruly, hal ini terlihat dalam prosedur bedah (operasi)
sedang dan besar. Juga beberapa operasi
khusus yang membutuhkan pakar dengan tuntutan pelayanan medis yang lebih
spesialistik. Kini tren yang berkembang di RSI adalah bedah laparoskopi. “Saat
ini pasien bisa memilih. Banyak yang
tidak mau melakukan operasi besar dengan konsekwensi scar yang besar dan lebar.
Penampilan kini menjadi bagian penting bagi pasien,” katanya.
Sleep laboratory
Departemen
Pulmonologi mengembangakn Respiratory Center, lengkap dengan laboratorium tidur
(sleep laboratory). Ini laboratorium tidur ke-3 di Indonesia dan yang pertama
di Bandung, bahkan di Provinsi Jawa Barat. Mngapa sleep laboratory didirikan,
tak lain karena makin banyaknya gangguan
tidur di masyarakat seperti mendengkur, sleep apnea, sleep paralisis, dan
gangguan lain. Efek dari gangguan tidur bisa berupa kualitas pekerjaan menurun,
atau kecelakaan. “Sepertiga dari waktu kita adalah untuk tidur. Kualitas tidur
yang tidak baik, berakibat buruk pada kualitas hidup bahkan bisa menyebabkan
kematian,” ujar dr. Ruly.
Laboratorium
tidur ini peralatannya lengkap dan cangih, didukung SDM (dokter spesialis) yang
handal. Pasien yang datang umumnya dari kalangan menengah atas, karena biayanya
masih relatif mahal. Untuk diagnosa, pasien harus menginap. Oleh dokter, pasien
diawasi dan didiagnosa. Hasil diagnosa kemudian dianalisa oleh berbagai multi
disiplin ilmu, seperti neurologi, psikologi dan bedah yang di bawah koordinasi
Departemen Paru.
Nutrisi Klinik
JCI (Joint Comite International) memasukkan
nutrisi di rumah sakit sebagai point penting dalam penilaian mutu sebuah rumah
sakit. “Nutrisi merupakan bagian penting,” ujar dr. Ruly, yang memang pakar
nutrisi klinik. Bagi pasien, nutrisi yang baik dan terkontrol memberikan dampak
posistif. Seperti, lama rawat inap lebih pendek, angka mortalitas dan
morbiditas turun, juga menurunkan biaya perawatan. Perhatian yang besar pada nutrisi
klinik, menurunkan malnutrisi di rumah sakit sekaligus menurunkan risiko
terjadinya penyakit akibat gizi buruk.
Nutrisi klinik
di RSI didukung peralatan cangih dan tenaga dokter yang handal. Ada peralatan
canggih untuk nutritional assessment seperti antopometri , yang sudah dimiliki
sejak lama. Ada BIA (Bioelectric
Impendency Analysis) untuk diagnosa dan
terapi, karena dapat untuk melihat komposisi tubuh, kompartemen tubuh
dan mineral tubuh. Ada Indirect Calorie Metry dan Compounding Machine, untuk mencampur
makanan (gizi) dengan system komputerisasi.
Dengan alat ini
komposisi nutrisi dan vitamin yang dibutuhkan pasien dapat diberikan secara
maksimal. Pencampuran makanan dengan memperhitungkan kebutuhan kalori, protein, vitamin setiap
pasien. Kemudian di kemas dalam satu wadah (bag)
dan diberikan kepada pasien melalui infuse.
Ke depan, dr.
Ruly berharap RSU bisa terus mengembangkan peralatan untuk kebutuhan nutrisi
klinik. Ia berharap bisa bekerja sama dengan rumah sakit lain yang membutuhkan.
Nutrisi untuk pasien kanker, misalnya, dapat diperoleh dari Laboratorium
Nutrisi Klinik RSI. Pihak RS lain bisa mendapatkan cakupan nutrisi yang tepat
untuk pasiennya, tanpa harus membeli peralatan yang mahal.
Sejarah
Serjarah panjang
RSI berawal tahun 1910, berkat inspirasi pendeta Alkema yang berdasarkan
“kasih” mengubah tempat kereta kudanya menjadi sebuah klinik pengobatan di
Jalan Pasirkaliki, Bandung. Penggantinya, pendeta Yohanes Iken, mengupayakan
pendirian Zending Hospital Immanuel di Jalan Kebon Jati, yang terus berkembang.
Pada tahun 1922, rumah sakit ini pindah ke Situsaeur (tempat RSI sekarang).
Setelah
kemerdekaan, pada 1 Juli 1949 kepemilikan RS Immanuel diserahkan kepada Gereja
Kristen Pasundan dan hingga kini beroperasi di bawah Yayasan Badan Rumah Sakit
Gereja Kristen Pasundan (BRS-GKP). Mulai tahun 1965 RS Immanuel digunakan oleh
Universitas Kristen Maranatha sehingga menjadi Rumah Sakit Pendidikan hingga
sekarang.
Tidak ada komentar
Posting Komentar